Selasa, 20 Januari 2015

Kisah Nenek dengan 6 Orang Anaknya

Seorang nenek yang sedang duduk di pinggir pintu rumahnya, sambil memikirkan 6 orang anaknya.
kata si nenek sambil bergumam:

anak pertamaku~ untuk sekolah SMA nya tidak diselesaikan, hanya sampai dengan kelas 2 dia harus mengorbankan masa depannya hanya untuk membantuku agar tidak terlalu lelah mencari uang untuk membiayai sekolahnya. Anakku menikah dengan seorang pria yang jauh dari agama. Sampai akhirnya dia harus menanggung derita selama berpuluh-puluh tahun dengan memaksimalkan fungsi kesabaran, dan mengikhlaskan semua yang dihadapinya.

anak keduaku~ menyelesaikan SMA nya dengan baik dan alhamdulillah bisa menghidupi dirinya dan keluarganya saat ini. Namun, aku sedih karena istrinya tidak dapat menjaga hatinya dari penyakit.

anak ketigaku~ menyelesaikan SMA nya dengan baik dan alhamdulillah bisa menghidupi dirinya dan keluarganya saat ini. Namun, aku sedih karena istrinya tidak mengerti tanggung jawab seorang istri, sampai-sampai suaminya harus menggantikan posisi tanggung jawab seorang istri, sedang anakku seorang yang suka mengalah karena benci dengan pertengkaran.

anak keempatku~ menyelesaikan SMP nya dengan baik. Alhamdulillah anakku pandai dalam berdagang. Banyak ide dalam berdagang yang dimilikinya sehingga usaha dagangnya lancar. Namun, aku sedih karena suaminya adalah orang yang tidak bertanggungjawab mengjaga keluarga dengan baik, sehingga rumahnya dijaminkan hanya untuk utang orang lain.

anak kelima~ menyelesaikan SMA nya dengan baik dan alhamdulillah dia tidak lupa denganku untuk membagi rejekinya dari penghasilan yang saat ini lumayan diperoleh. Namun, aku sedih karena suaminya adalah pemain perempuan, pengangguran, menghabiskan uang istri, dan selalu menyakiti anakku.

anak keenam~ menyelesaikan SMA nya dengan baik. Namun, aku sedih karena anakku mengambil kebiasaan suamiku yang malas bekerja. Sampai dengan saat ini dia tidak bekerja juga membujang..

aku sediihh..

tiba-tiba, seorang pemuda lewat didepan rumahku, mendengarkan gumamanku, dan berkata:
"Nenek tidak akan mendapatkan hidup yang sempurna seperti yang diharapkan selain akan menemukan kekurangan yang ada padanya. Setiap anak yang terlahir juga tidak akan sama anak pertama dengan yang kedua dan seterusnya, ibarat seekor ayam yang menetaskan telurnya, belum tentu semua telur yang di tetas adalah sempurna perkembangannya"

Nenek hanya menjawab "perkataan kamu benar nak.."

Nenek kemudian berpikir, apa yang dikatakan pemuda itu adalah benar, tidak akan pernah kita temukan hidup yang sempurna. Meskipun padahal pemuda tadi terkenal dengan kebiasaan buruk nya dikampung ini, tapi bisa jadi Allah menitipkan kata-kata itu dari nya untuk kemudian disampaikan padaku, agar aku tersadar bahwa aku tidak boleh berkata seperti tadi (mengeluh), tapi sebaliknya bersyukur dengan apa yang Allah beri pada hidupku saat ini.
Sekali lagi, bukan berarti hanya karena dia pemuda yang dikenal dengan kebiasaan buruknya, lalu dia tidak pantas untuk didengarkan ketika dia berkata benar.

~ilmu tidak dilihat dari siapa yang menyampaikan, tapi ilmu adalah ilmu, untuk memperbaiki hidup jadi lebih baik~



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.